Rabu, Februari 12, 2014

Kelas Inspirasi: Mengenalkan Profesi Penulis ke Siswa SD


Wow, Kelas Inspirasi buka pendaftaran lagi untuk Jakarta dan kota-kota lain. Pengumumannya seperti biasa ada di sini

Tiap orang bisa memberikan inspirasi dengan caranya. Apapun yang disandang seseorang dengan segala latar belakangnya. Inilah yang digagas Anis Baswedan, Rektor Universirtas Paramadina Jakarta. Beliau juga penggagas Indonesia Mengajar, yang menyebar sarjana fresh graduate untuk turun tangan menjadi guru selama setahun di daerah-daerah terpencil di sekujur Indonesia.

Gue udah dua kali ikut Kelas Inspirasi. Pertama di Depok (18 Juni 2013) dan kedua di Bogor (11 September 2013).  Awal ketertarikan sih, karena suka sekali dengan konsep bakti anak bangsa yang dilakukan lewat Indonesia Mengajar. Sumpah, gue bakal ikutan kalo saja waktu jaman gue masih muda, baru selesai kuliah, Gerakan IM a.k.a Ikhawanul Muslimin Indonesia Mengajar sudah ada . Bah, kelihatan tuanya! Gue tamat tahun 2006, ha-ha-ha....  Kapan lagi jalan-jalan? Nggak ding, pada dasarnya gue suka dengan kegiatan volunteering. Termasuk di pedesaan-pedesaan, di mana akses peningkatan hidup, termasuk pendidikan, kurang/sulit terjangkau. Padahal mereka, anak-anak tersebut tetap anak Indonesia, butuh sekolah, butuh sarana-prasarana dan GURU. Udah rahasia umum, PNS kebanyakan maunya ditempatkan di kota-kota. Di pulau terpencil, di gunung nan jauh, di hutan, mengajar mungkin tidak menyenangkan. Cost tinggal di sana juga gede selain jauh dari kemudahan-kemudahan layaknya kota. Nah, waktu tau ada KI a.k.a Kelas Inspirasi, gue pun menebus dosa. Dekat-dekat dulu, di Depok dan Bogor. Pas yang di Jakarta gue nggak dapet infonya, jadi lewattt....

Di Depok gue ngajar di SD Negeri 1 Cinere. Tepatnya bukan ngajar sih, tapi bercerita tentang profesi kita (kalo gue penulis/redaktur penerbitan) dan berbagi ke anak-anak supaya bermimpi dengan cita-cita mereka masing-masing. Syukur-syukur cerita-cerita kita bisa memberikan inspirasi bagi mereka. Ehm, gue di sini ngajar dua kelas. Anak-anaknya lucu abis. Dan saya tak bisa mengendalikan mereka, tidak bisa membuat mereka tertarik. Ha-ha-ha.... Maklum, pengalaman pertama ngajar. Padahal waktu KKN di Bengkulu dulu, anak-anak yang pasif jadi sangat aktif dan senang dihajar gue. Apa yang salah, ya? Mana ada anak yang nakalnya aktifnya di atas rata-rata, iseng, atau pemalu banget. Bahkan adanya jago nunjuk-nunjuk teman doang, giliran dia malah keok. Agak kaku ngajarnya di kelas empat ini.

Ini gerbang sekolahnya (foto by Dian Purnomo)
Lanjut kelas berikutnya adalah kelas lima. Nah, ini anaknya enak. Pinter-pinter dan nggak malu-malu. Dan lagi, akhirnyaaa.... ada yang tertarik dengan profesi gue yang tukang bohong nulis fiksi. Mereka semangat dan berebutan doorprize buku yang gue berikan. Juga takjub dengan cerita gue soal enaknya jadi penulis. Menghayal, terus dapat duit (kalo dimuat). Pertanyaan mereka sih beragam, cara jadi penulis, di mana sekolahnya, atau gimana bikin cerita yang baik. Beberapa anak di luar kelas minta tandatangan, alamat, dan foto-foto. He-he-he, senangnya. Niat gue sih emang pengen berbagi cerita, kalo penulis itu profesi yang ada di masyarakat selain dokter, polisi, pilot, polisi, guru (yang kebanyakan anak-anak kalo ditanya cita-citanya pasti menjawab ini. Iya kan?)


Si kaca mata ini maunya jadi pilot (foto by Dian Purnomo)

Seru membayangkan cita-cita (foto by Dian Purnomo)
Terbukti, Pak Bambang yang pilot Garuda memang paling banyak fans-nya. Semua berebut salam, foto bareng dan minta tandatangan, he-he-he. Bikin iri, kenapa ogut nggak jadi pilot dulu, kalo begini. Nggak cuma anak-anak sih, kami para relawan (decorator cake, wartawan, dokter, film maker, guru, agent travel) juga ikut-ikutan norak. Ikut foto-foto dengan Pak Bambang yang masih kelihatan gagah dengan seragam pilotnya, meskipun umurnya mungkin 50-an barangkali. Grup WA kelompok 18 (kelompok kami, berniat ingin main ke sana nih, tapi belum kesampaian) masih aktif juga. Anak-anak pada SMS dan mensen di twitter untuk datang berkunjung lagi. Maaf ya, adik-adik, ntar kakak-kakak cari waktu dulu. Kakak? Yups, mereka menolak manggil kami bapak/ibu guru. Apa bosan karena diajar bapak-bapak/ibu-ibu setiap hari ya? Uuups....

Jreng jreeng... ini penampakan relawan KI Kelompok 18 (foto by Dian Purnomo)
Kalo di Bogor, gue kebagian ngajar di SD kampung pinggiran Bogor. Profesi relawan kali ini, ada yang aktivis LSM (suka denga Ibu Citra yang cantik dan kalem ini, pinter juga), pegawai bank, trainner dan motivator, insinyur a.k.a sarjana teknik mesin (apa ya disebutnya sekarang?), peneliti, dan copy writer. Di sini gue ngajar dua kelas. Mati kutu. Ditanya buku cerita yang pernah dibaca, mereka nggak tahu. Ditanya apa penulis, bingung. Kalo nggak salah kelas 3 deh mereka. Kebanyakan memang orangtua mereka berlatar belakang buruh bangunan, petani, dan pedagang kecil. Agak susah mengajak mereka untuk interaktif. Jadilah gue keringetan ngoceh sendiri tanpa feedback berarti.

Kelas kedua, ngajar kelas lima duet dengan Pak Siswanto yang jadi peneliti Departemen Keuangan. Ehm, lumayan. Lumayan capek, ha-ha-ha.... Ngomong nggak didengar, banyakan bengongnya. Intinya sih memang tipikal Pak Sis yang emang 'baku', nggak santai dan komunikasinya formal banget. Ditambah gue yang udah kecapekan.  Responnya saling lempar dan ledek kalo satu anak ditanya. Tapi lumayanlah, mereka nggak kabur, kok, ha-ha-ha.... Meskipun begitu waktu serasa lama sekali dan saya udah pengen bel cepat-cepat. Nggak salah anak-anak juga, karena sebelumnya udah ada 3 relawan yang ngajar. Mungkin bosan dan capek kali.

Acara ditutup dengan pelepasan balon ke langit. Sebelumnya mereka menempelkan cita-cita mereka di kertas tempelan (untuk undangan nikah itu lho). Macem-macem cita-citanya. Sangat mengharukan, gue menemukan anak yang ingin menjadi ustadz. Diam-diam, saya mengaminkan dalam hati. Cita-cita lain standar: guru, polisi, tentara, dokter, etc.

Begitulah, saya suka kegiatan ini. Mudah-mudahan ada manfaatnya buat mereka. Salam inspirasi. [Elzam]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hayuk-hayuk, kumen di sini biar saya tahu respon Anda di sajian ala kadar KecekAmbo, ukeh, ukeh... :-D

Bonusnya, ntar saya balik silaturahim, Insya Allah... ;-)