Kamis, Juli 02, 2009

Imelda cantik dan sepeda kecilnya



Rambutnya sedikit pirang bergelombang dengan mata jenaka, kulit putih, dan wajah keindo-indoan yang cantik. Kelincahannya membuat kegembiraan bagi yang mengenalnya. Benar-benar gadis yang memesona...

Beberapa hari yang lalu, ketika berangkat kerja aku terkejut (dan juga gembira) ketika ponsel berdering. Nyaring. Sederet nama yang kusave "Imelda Cantik" memanggil. Benar-benar kejutan. Sampai-sampai aku gelagapan mengangkat panggilanya. Wah, bisa nyombong neh di depan Ibu Lita, penjual nasi yang kuminta membungkus nasi untuk sarapan di kantor nanti.

"Halo, ini Kak Elzam ya? yang kurus itu?"
Gubraks... Masa aku yang diingat kurusnya doang! Tapi demi terdengar keren, kujawab dengan sopan.
"Iya, benar. Ini Kak Elzam yang ganteng itu. Kenapa Sayang?"
Hahaha,ibu penjual nasi sempat melirik dan aku pura-pura nggak ngeliat.

Terdengar suara Imelda yang ketawa-ketiwi, kayaknya neh anak agak gaptek. Nggak bisa menggunakan ponsel dengan baik, atau mungkin Ge Er-an ngobrol dengan cowok. Masa sih, gadis secantik Imelda polos banget. Kayak belum pernah ngomong ama cowok, karena cantik pasti nya dia banyak yang naksir dong.
Hanya saja, begitulah Imelda.
"Imelda lagi ngapain?" tanyaku.
"Lagi di rumah. Kak Elzam kapan mau ketemu lagi?"
Hehehe.... Imelda mau ketemu aku. Asyiiik. Tapi jam segini masih di rumah?
"Lho,nggak sekolah memang?"
"Kan libur..."
"Oh, ya udah. Ntar deh kita ketemu. Mau nonton, atau ke mana, hehe...". Aku menjawab pertanyaan sebelumnya dengan nada bercanda."
"Mau tapi aku nggak boleh. Nanti ketemunya gimana?"

Terus tiba-tiba obrolan terputus. Yaah, benar-benar gaptek atau apa si Imelda cantik ini?
Aku biarkan saja. Nggak call balik. Lagian buru-buru berangkat. Nasi buat sarapan udah dibungkus, bayar, dan kabur sambil mengucapkan terimakasih plus bayar. Di kantor beberapa jam kemudian Imelda nelpon lagi. Males ah, ngangkatnya. Mana aku lagi repot begini. Siangnya aku sempatkan sms, "Maaf ya tadi Kak Elzam lagi sibuk. Ada apa Imelda?" Sayang, Imelda nggak balas. Hikss...

Jujur aku sampai sekarang belum bisa melupakan Imelda. Abis dia cantik dan bikin aku tertawa kalau bertemu. Lantas soal sepeda kecilnya? Hampir ketinggalan menceritakan soal sepedanya.

Aku mulai tertarik dengan Imelda ketika ia dengan riangnya bersepeda. Waktu itu ia dengan temannya yang kulupa siapa namanya. Imelda bolak-balik di depanku sambil melirik-lirik. Lama-lama dia negur, "nama Kakak siapa? Boleh kenalan nggak?"

Dan pelataran Museum Fatahillah di kala menjelang senja menjadi saksi perkenalan kami. Berlanjut ke tukaran nomor. Dia dulu lho minta nomorku! Ngobrol tentang sekolahnya, toko orangtuanya, kakaknya, dan lain-lain. Polos dan menggemaskan. Juga riang, sehingga aku selalu tertawa-tawa gembira. Dari penuturannya, rumah Imelda tak jauh dari Kota Tua. Kutebak, dia adalah anak keturunan Portugis yang banyak tinggal di sana. Turun-temurun zaman Batavia tempoe doeloe.

Imelda cantik dan sepeda kecilnya. Benar-benar memesona.
Sayang, tak hanya sepedanya yang kecil. Dirinya pun masih kecil. Masih kelas dua atau tiga SD. Hehehe...
Kalau sudah kuliah, ehm... kayaknya lebih asyik punya kenalan seperti Imelda.

Ah, Imelda. Nanti kita telpon-telponan lagi ya. Nomor XL-mu masih Kakak simpan kok, Sayang. :-)