Kamis, Maret 25, 2010

Membuat Diri Memiliki “Sistem Menulis”



Bagaimana tips agar bisa produktif menulis?

Rasanya cukup sering kita membaca atau mendengar tips bagaimana supaya seseorang menjadi “pabrik” tulisan dengan produk yang membanjiri banyak media massa. Setiap penulis mempunyai kiat atau tips-tips yang berbeda, meski tujuannya tetap satu: terus menghasilkan karya secara periodik dengan kuantitas terjaga (tentu tanpa mengabaikan kualitas).

Sebenarnya saya sendiri belum bisa dikatakan produktif menulis  dan agak "gimana gitu" mendapatkan menuliskan ini. Tapi tidak apa-apa, setidaknya dengan menuliskannya besok saya akan malu mengatakan yang tidak saya kerjakan dan pada akhirnya menjadi produktif menulis, he-he-he…

Nah, dari pengalaman banyak penulis yang saya himpun dari berbagai perbincangan dan bacaan, saya menyimpulkan mereka yang “produktif” sebenarnya penulis yang memiliki sistem menulis atau writing system. Secara bebas saya mendefinisikannya mereka pemilik sistem menulis ini adalah individu yang menganggap segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan terjadi mengenai diri mereka harus ditulis. Dengan demikian pikiran mereka setiap saat terhubung supaya bagaimana ide, pengetahuan, wawasan, dan gagasan yang dimiliki harus menjadi rangkaian kata-kata alias tulisan.

Tentu saja dengan pikiran seperti di atas, maka pemiliknya secara sadar pula akan segera action menulis. Lalu kapan dia bisa berhenti menulis? Tidak pernah! Karena setiap orang tidak akan pernah berhenti mendapatkan ide, pengetahuan, wawasan, dan gagasan baru yang menjadi adonan sebuah tulisan. Dirinya tinggal menjalankan doktrin di otak yang sistematis itu dan melakukannya secara riil dengan tindakan.

Dengan memiliki writing oriented pada hidup yang dijalani, akhirnya sistem menulis telah melekat dalam otak manusia. Tinggal dirinya menerjemahkan sistem menulis ini secara praktis sesuai keinginan dan kebiasaan masing-masing. Inilah yang menjadi tips-tips yang bertebaran. Apakah dengan menuliskannya di notes, meluangkan waktu tertentu menulis blog, menulis di diary, menuliskannya malam hari/subuh, menulis di ponsel/PDA, dan sebagainya. Intinya mereka konsisten meluangkan waktu kapan pun itu untuk mengaduk bahan menjadi adonan, lalu memasaknya menjadi hidangan cerpen, novel, puisi, artikel, atau tulisan lain. Ehm, mengasyikkan bukan?

Membangun Sistem Menulis?
Pada dasarnya semua orang bisa membangun sistem menulis masing-masing secara “unik” dan pas dengan karakter diri. Seperti jasad yang tidak bisa bergerak tanpa ruh, menulis pun demikian. Kita tidak akan bisa menulis (menggerakkan pena, memencet keyboard komputer) jika tidak memiliki motivasi psikis kenapa harus menulis.

Hal-hal di bawah ini mungkin bisa membantu untuk membangun sistem menulis pada diri kita masing-masing. Sehingga menulis menjadi sistem yang padu, include pada pada otak yang memerintahkan kita bergerak menulis kata demi kata, kalimat, paragraf, sampai sebuah tulisan utuh.

1. Pancangkan dan perbaharui selalu niat (berdakwah, mencerahkan orang, berbagi pikiran, etc).
2. Menulis membuat kita semakin kaya secara intuitif, wawasan, dan cerdas, dan lebih arif pada lingkungan.
3. Secara alamiah menulis akan memberikan keuntungan bagi kita. Apakah mendapatkan penghasilan, menjadi terkenal, aktualisasi diri, diakui kompetensi dan kepakarannya.
4. Jika dorongan psikis “mengapa saya harus menulis?” telah menguasai diri, maka dengan gampang pula kita akan mendapatkan cara praktis sehari-hari untuk menulis, menulis, menulis…!

Mudah-mudahan, amin. [Elzam/foto diambil dari www.worldhum.com]

* Tulisan yang menjadi bahan “Kiat Menulis Produktif” Pada Inagurasi FLP Bekasi ( 26-12-2009).

Rabu, Maret 10, 2010

Tawa Tangis Gila

Bahkan, pada setiap kepahitan kita akan tertawa.
Menertawakan penat diri yang tak lagi membuncah lelah.
Ya, tawa itu adalah puncaknya...
menjadi gila

Merongrong hidup sampai busuk kau dibuatnya
Maka sebodoh itukah kau menjadi keledai?
Mengikis ketegaran sampai patah

Lalu besok kau akan menangis
Berulang
Tawa; tangis
Tangis; tawa
Tawa
Tangis

Mati.


[Elzam Zami]