Senin, Agustus 23, 2010

Lho kok? Perut Saya Mual Pengen Muntah


Sudah tiga hari ini perutku mual. Bahkan saat menulis blog ini masih mual yang nggak jelas juntrungannya. Please, aku nggak tahan karena nggak bisa konsentrasi di kantor. Mau nulis sedikit aja, perut berasa diaduk-aduk dan pengen muntahin. Di toilet malah nggak keluar. Cuma tekanan yang kuat ketika muntah "kosong" itu membuat perutku sedikit kejang. Ampun dah... Mana dapat bonus pula, badan sedikit meriang dan migrain kembali sowan ke kepala.

Sudah lama saya tak mual-mual, yang berujung memuntahkan (biasanya) isi perut berupa air yang asem. Dulu seh langganan nggak di kantor, nggak di jalan, atau di kost. Hueksss.... Maag kronis saya udah lumayan berkurang sejak punya rumah, punya istri, punya makanan yang bisa di makan. Meski pas terakhir ke dokter beberapa bulan lalu gara-garanya aku males makan sehari semalam. Nggak tau, kalo lagi males maka saya bisa nggak nyentuh makanan. Paling cemilan sedikit plus air yang sama sekali tak membantu pasokan perut.

Ramadhan ini, seingat saya makannya cukup. Tapi tetap mual. Oh my God, kenapa mesti berurusan dengan mual-mual begini ya. Dan aku sms My Honey "Say, badanku gak enak banget. Mual2. Gak bisa kerja."

Mungkinkah ini kutukan karena aku ngeledek My Honey, "Sayang, kamu hamil nggak mual-mual terus muntah-muntah ya? Asyik deh, nggak ngerepotin."

Yup, doi baru sebulan hamil. Ditanya dokter ketika cek Ultrasonografi (USG), apakah mual-mual atau tidak dijawabnya dengan menyahut,"Kalo dia (saya/suaminya, red)sih muntah-muntah mulu, Dok."

Si dokter hanya tersenyum.Dan suster ikut nimbrung,"Nggak apa-apa Pak. Kadang-kadang begitu. jadi bagi-bagi capeknya hamil." Suster berjilbab(lumayan manis ^_^)itu ikut senyum-senyum melirik saya.

Kayaknya dokter dan susternya salah pengertian tuh. Maksud saya punya bini: mual saya adalah khas penderita maag rutin. Bukan mual hamil, Dok dan Sus :-(

Namun sepertinya anggapan saya itu salah. Sekarang perut saya terombang-ambing dalam rasa mual yang mengelora. Di bawa tidur-tiduran dikit di perpustakaan kantor tetap saja. Hohoho... menderita sekali. Padahal itu belum cukup, tiap malam saya harus memijit kaki tuan puteri yang selalu merasa kecape'an meski libur dan seharian bermalas-malasan di rumah, kayak kemarin. Beginikah rasanya mengandung buah hati dambaan jiwa, penyejuk mata, penerus generasi itu?

Mual-mual istri saya telah berpindah ke sang suaminya yang sama sekali tidak membuncit perutnya ini, hehehe...

Oow, apakah saya mengidap couvade syndrome atau yang biasa disebut gejala sympathetic pregnancy? Yakni sindrom seorang suami yang mengalami dorongan psikomatis yang melibatkan terjadinya perubahan hormonal. Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan persentase suami terserang sindrom ini lumayan tinggi lho. Jadi dorongan psikis menjadi dorongan perubahan fisik.

Ketika istri hamil, maka ia pun membawa serta berbagai keluhan. Suami yang diajak berbagi terdorong simpati dan berkeinginan mengurangi beban sang istri. Tapi sayangnya karena tidak dapat melakukan bantuan secara riil, terjadilah proses unik di otak suami tanpa disadari yang mendorong terjadinya perubahan hormonal. Lalu timbul gejala ngidam seperti pusing, mual, muntah, perut kembung, tidak enak badan, malas, uring-uringan, dan sebagainya.

Oalah, hampir semuanya saya rasakan. Benar, saya merasakannya...

Menurut sumber medis, pemicu utamanya sebagai kata kunci tentu saja emosi suami. Saya emang sedikit parno, karena ini kehamilan kedua setelah dulu sempat keguguran. Apalagi jarak antara keguguran dengan kehamilan kembali sangat dekat. Dan ini anak pertama pula.

Oh, apakah saya lebay?

Hueeekss, mual neh, saya ke toilet dulu.
:-)

**Banyak hal yang membuat saya menetapkan, jiwaku pada nyatanya adalah semua tentangmu**

1 komentar:

Hayuk-hayuk, kumen di sini biar saya tahu respon Anda di sajian ala kadar KecekAmbo, ukeh, ukeh... :-D

Bonusnya, ntar saya balik silaturahim, Insya Allah... ;-)