Jumat, Agustus 02, 2019

Gramedia Writers and Readers Forum 2019: Untuk Satu Indonesia, Welcome Penulis dan Pembaca Buku Indonesia



Great idea...!

Selalu suka dengan ide-ide Gramedia mengembangkan literasi Indonesia. Selalu kontekstual menanggapi dinamika teknologi di era industri 4.0 yang high technology dan menghapus sekat geografis karena perkembangan internet dan komunikasi. Jaman dulu baca buku, yang kebayang tumpukan kertas dibundel. Itu baru disebut buku. Sekarang beralih ke e-book atau buku berbasis layanan laman website macam Whatpadd yang hits banget di kalangan pembaca dan penulis. Banyak buku printed yang terbit berawal dari page view bengkak di Whatpadd

Dari sisi bisnis sih, Gramedia Pustaka Utama, penerbit terbesar Indonesia memang harus berjuang mewujudkan minat literasi di Indonesia untuk menyelamatkan bisnis (iya juga sik, bayangin kalo gak ada yang mau baca buku lagi, hahaha...). Bukan, bukan itu. Semua percaya, peradaban bangsa tidak lepas dari pengetahuan, dan pengetahuan tidak lepas dari buku. 

Kalo kata Kang Maman Suherman, pegiat komunitas taman baca masyarakat (TBM) dan penulis, mau virus literasi berhasil itu kuncinya cuma tiga; Baca, Iqro, Read, Buku. Sayangnya, Indonesia berada di nomor dua dalam hal minat baca di atas Botswana. Setiap tahun, rata-rata satu orang Indonesia baca buku satu judul. Ini yang menyebabkan kita jadi negara peringkat ke-2. Dari belakang. 

"Tapi Indonesia negara paling banyak ngomong, negara pertama paling banyak ngebacot. Nge-tweets di Twitter. Jadi kebayang kan, bagaimana hasilnya banyak omong tadi paling dikit baca?" beber Kang Maman di Opening Gramedia Writers and Readers Forum di Perpustakaan Nasional, 1 Agustus 2019 kemarin. 

Berangkat dari keprihatinan inilah, Gramedia sebagai penerbit intens melakukan kegiatan literasi di Indonesia. GWRF salah satu gelaran, yang dimaksudkan untuk menjadi ajang pertemuan penulis dan pembaca Indonesia. Berlangsung mulai dari 2 Agustus sampai 4 Agustus di Perpustakaan Nasional yang megah di Jalan Medan Merdeka, Jakarta. 

Kalau tahun lalu berlangsung dua hari dan gratism untuk tahun ini dilakukan dengan berbayar. Ada beberapa kelas yang dibuka yang melibatkan 45 penulis buku, pegiat literasi dan pemateri profesional. Mereka akan berbagi pengalaman dan praktik nyata dunia keliterasian dalam balutan tema yang berbeda. Sementara tema besar yang diusung Gramedia, "Literacy in Diversity" Bagaimana menunjukkan kerapatan satu Indonesia yang berasal dari beragam budaya yang berbeda. Sederet nama yang akan menjadi pemateri di GWRF di antaranya Fiersa Besari, Ayu dan Ditto, Aan Mansyur, Sapardji Djoko Damono, Rintik Sedu, Ahmad Fuadi, Budiman Sudjatmiko, Maman Suherman, Naela Ali dan Ayu Utami. 

Tema yang dibahas khas milenial dari yang ringan, serius, seperti budaya dan sastra, pemantik kreatifitas, hingga spiritualitas. Dan tentunya, Editor's Clinic. Peserta diberi kesempatan berkonsultasi langsung dengan editor banyak penerbit yang tergabung di Grup Kompas Gramedia. 

"Gramedia bisa saja menunggu di naskah yang masuk. Jumlahnya ratusan setiap bulannya, dan 90 persen lebih ditolak. Tapi komitmen ikut mengembangkan literasi dan menumbuhkan penulis baru harus dilakukan. Kalo penulis ada ide, ayo kita bicarakan. Kita create bersama sampai menjadi buku yang layak dibaca," ujar Mas Wandi, dari Gramedia yang menyebut GWRF 2018 yang lalu bahkan berhasil memunculkan penulis baru. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hayuk-hayuk, kumen di sini biar saya tahu respon Anda di sajian ala kadar KecekAmbo, ukeh, ukeh... :-D

Bonusnya, ntar saya balik silaturahim, Insya Allah... ;-)