Penulis : Achi TM
Penyunting : Raya Fitra
Penerbit : GPU (Gramedia Pustaka Utama)
Cetakan : 1 (2015)
Tebal : 328 hlm
Nomor ISBN : 978-602-03-1465-5
Harga : Rp. 59.500
Untuk pembaca perempuan, GPU identik dengan novel pop
urban renyah. Berkutat soal cinta, karir, dan kehidupan sosial kelas menengah
ke atas dengan tokoh utama yang tentu saja, perempuan. Bagaimana jika lantas kemudian
berbalut satu aspek lagi, tema islami yang pekat? Hasilnya adalah Novel Insya Alah, Sah! Karya Achi TM ini. Bergaya
bahasa ringan, renyah, dan sarat hikmah.
Achi TM tak sekadar menempelkan Islam sebagai pemanis,
tapi benang merah cerita dari awal hingga akhir. Asyiknya, pembaca tidak akan sadar
jika sejatinya sedang didakwahi. Ini karena cerita yang begitu hidup dan
menghibur diramu dengan baik untuk pembaca. Insya
Allah, Sah! bercerita tentang Silviana, desainer terkenal pemilik Silviana
Sexy Boutique yang sedang mempersiapkan pernikahan dengan Dion, eksekutiflabel musicmentereng. Masalah datang
ketika Silvi bernazar akan berhijab jika selamat dari jebakan di lift kantor
Dion bersama Raka (hal.12). Ketika selamat, Silvi lupa seiring kesibukan
mengurus pernikahan yang tinggal 99 hari saja. Meski sebenarnya gadis tersebut hapal
luar kepala hukum menutup aurat karena sering diingatkan Kiara, sahabatnya yang
jadi hijaber sejak kuliah.
Mengurus pernikahan tanpa weddingorganizerpun berbuntut masalah demi masalah. Dari catering, gedung, baju pengantin, hingga
tanggal yang nyaris batal dari KUA. Padahal Dion yang sibuk mengurus tur luar
kota telah meminta Raka membantu, bawahannya. Setali tiga uang dengan Kiara, si
tampan nan shalih itu cerewet mengingatkan segala sesuatu jika dipandang tak mengindahkan
agama.
Silviana mulai merenungi, mengapa persiapan pernikahannya
kacau. Apalagi ketika Raka menyinggung nazar yang wajib ditunaikan. Sesuatu
yang membuat Silvi sebal dan menganggap Raka pembawa sial. “Hati kamu seperti tertutup, Sil. Kamu menolak semua nasihat. Bahkan
kamu nggak menjalankan nazarmu waktu di lift. Apa kamu lupa? Atau sengaja tak
mau memenuhi nazarnya?”(hal. 206). Silvi tahu itu, dan diam-diam simpati
dengan Raka yang bagaimanapun benar adanya. Hatinya nyaris terkotori melihat
Raka ternyata tak hanya si mapan nan tampan, tapi juga religius. Kalau harus
jujur,cewek mana yang tak suka?
Butuh pertimbangan panjang Silvi mencoba hijab, ia
mendesain baju seksi, Dion suka hijab, bahkan adiknya Gina menjadikannya kiblat
fashion. Akhirnya Silvi mencoba berhijab di mana saat yang sama Dion mulai tak
bisa dihubungi. Muncul pula tokoh Anna, si psyco
teman SMA yang dulu acap mem-bully
Silvi karena lebih cantik. Trauma itu pula yang membuat Silvi bertekad menunjukkan
dirinya si lemah yang bermertaforsis makin cantik, fashionabledanjuga desainer kondang. Anna mahasiswa kedokteran drop out itu melabraknya ketika datang
bersama Madam Wulan. Anna shock demi
melihat Silvi sekarang, tapi sifat angkuhnya tak hilang.
Bisnis Silvi sempat ambruk karena konsentrasinya pecah. Nazar
terus membayangi. Sampai akhirnya Silvi membuat gebrakan mendesain busana
muslimah yang ternyata diterima pasar. Silvi tak lagi coba-coba dengan
hijabnya, tapi mantap hijrah. Tapi malang, kejutannya di hadapan Dion dengan
penampilan baru ditentang.“Udah, kamu
nggak usah pakai jilbab. Aku tidak suka perempuan berjilbab. Orangtuaku juga
nggak suka. Oke? Aku pilih kamu karena kamu bukan perempuan berjilbab.”Puncaknya
adalah Dion menghilang, persis ketika hari H pernikahan kian dekat. Silvi pingsan
ketika tahu Dion memutuskan menikah dengan Anna, gadis yang diam-diam menjadi
“dokter pribadinya” saat tur.
Ketika membaca di awal,
saya berpikir Dion akan sadar dibantu Raka, lantas menerima hijab Silvi. Nyatanya
tidak! Takdir memang tak bisa dibaca. Pada akhirnya cinta suci milik Raka yang
dikubur dalam-dalam karena sadar berdosa menaruh hati pada calon istri orang
lain, menemukan muaranya. Tak ada alasan lagi, ketika Dion membatalkan
pernikahan dengan Silvi. Raka pun melamar desainer seksi yang mencoba berislam
dengan lebih baik itu. “Kamu sudah
berhasil memperjuangkan jilbabmu. Itulah sebabnya saat ini saya memutuskan
untuk memperjuangkan cinta saya... dengan menikahimu.”(hal. 315). Sebuah
akhir bahagia yang tentu melegakan pembaca.
Om elzam bahasanya di tulisannya keren bgt.. bener-bener bahasa penulis :') mohon bimbingannya ya sensei
BalasHapusTerimakasih. Ayoo, kita sama-sama belajar nulis :D
BalasHapus