Menjelajah semua ruang. pada kesempitan makna yang kadang tak pernah kupahami. Lalu meluas, mencampakkanku pada kekerdilan diri. Dan aku tetap si sini, dalam takjub keinginan.
tentang
- AboutBengkulu (2)
- Buku Karyaku (5)
- CERPEN (10)
- Dari Luar (2)
- INSPIRING (2)
- Kuliner (1)
- Literasi dan sastra (1)
- LITERASIdanSASTRA (3)
- Novel (1)
- PUISI (10)
- RAGAM (22)
- RESENSI (5)
- REVIEW (14)
- TENTANG CINTA (5)
Senin, Mei 10, 2010
Jeruk Asem Pemberian yang Menjelma Dirinya
Malam itu, malam ke-21 pernikahanku dengan mojang Sukabumi. Dia mungil, manis, sekaligus membuatku enggan beranjak jika di dekatnya (ehm, syndrom pengantin baru kali ya, he-he-he....)
So, apa yang membuatku sampai kepikiran menulis sepanggal kisah yang masih akan membentang berjuta episode (sinetron stripping kale!) di waktu mendatang? Halah....
Pulang dari kantor, aku melihat beberapa butir jeruk yang alamak; kisut, kecil-kecil, dan sama sekali tak menggairahkan. Padahal jeruk salah satu buah favoritku, cuma liat penampilannya yang sekadarnya jadi males nyentuh. Kok My Honey tega banget beli jeruk begituan, pikirku dalam hati.
Jadi ingat pas belanja bulanan pertama di Careffour bareng dia. My Honey nanya, "Sayang, kamu kok gak ambil apa gitu, keperluanmu?"
Aku cuma menggeleng. Minyak rambut, shampoo, parfum, dll semuanya masih ada warisan jaman bujangan. Tapi, My God, kalau sendirian aku udah beli buah macam-macam biasanya. Budget buat buah biasanya lumayan sih kalo dulu. Bahkan kalau males makan aku mampir ke tokoh buah dekat kost, borong buah sebagai ganti makan malam, hohoho. Aku jadi curiga di biodata awal (hayoo, apa coba?) doi bilang suka buah, kenapa nggak inisiatif beli apel, jeruk, pir, pisang, jengkol... (eh, yang terakhir bukan buah ya?) Jadilah aku diam aja, sempat terhibur My Honey pengen es krim (aku juga kepengen he-he-he....). Tapi celingak-celinguk nggak ketemu, mana aku juga baru kali ini belanja di Careffour Depok. Es krim vanilla atau yang rasa buah Rp 2000-an kayak pelangi itu batal mampir di tenggorokan.
Nah, lanjut ke jeruk memprihatinkan tadi. Malam-malam aku liat my honey asyik ngupas jeruk yang entah ia beli di mana tadi. Aku sih udah memperkirakan jeruk itu asem dari penampilannya. Jeruk yang jaminan nggak asem itu jeruk medan, tapi kalo nggak beruntung dapat yang hambar atau manisnya nggak begitu. Jeruk yang pasti manis tapi aku biasanya nggak suka (karena jeruk impor) jeruk ponkam, kadang-kadang ada sensasi apa gitu yang "aneh". Kalo jeruk pontianak seger sih, kulitnya ijo, licin, tapi kadang asem kadang manis. Yang paling seger dan selalu manis sunkist, tapi repot makannya mesti pake pisau, sebelum pake mulut, whuakakaka.... Kulit sunkist tebal banget dan keras.
Begitu liat My Honey sibuk dengan jeruk-jeruknya, aku jadi nafsu juga. Tapi karena yakin asem nggak jadi ikut bergabung. Ngeri liat doi abis jeruk yang lumayan banyak itu.
"Itu jeruk apaan Say, manis?" Kataku sambil menelan liur, membayangkan asemnya.
"Asem...." My Honey menjawab santai, aku tambah heran. Asem ditelan juga. Kutanya kenapa diabisin, dia bilang asem-asem enak. Gubrakss....!
Penasaran, aku mengambil sesiung (benar gak sih istilahnya? dari tangannya.
"Hueksss... sumpah! Ini mah benar-benar jeruk asem." Jeruknya kubuang. Males.
My Honey cekikikan, tapi tetap asyik menikmati asemnya jeruk. Walah, belum hamil aja doyan asem-asem. Begitu hamil jangan-jangan minta rujak belimbing wuluh campur asem jawa, mangga muda, asem kandis, cuka, pake asam sitrun, hohoho.... *Piss, Honey*
Lalu, tuh jeruk masih ada sisanya beberapa keping dari butir yang sama kumakan tadi. Aku nggak minat, jadi melihat doi aja. Bengong sekaligus takjub, doi bilang udah habis lima buah jeruk tersebut. Hebat, mantapff... Dengan pedenya My Honey ngasih aku sesiung jeruk yg udah dibersihin tali-tali alias urat-urat yang kadang nempel itu.
"Ogah, asem juga. Yang tadi aja dibuang," elakku. Romantis sih boleh, suap-suapan. Tapi jangan jeruk asem, Sayang. :-(
My Honey berkeras, "nggak asem, coba deh." Tetap memaksa, tampangnya pede banget meyakinkan jeruk itu nggak asem.
"Nggak, itu sama dengan yang tadi. Pasti asemlah logikanya."
"Iya, tapi ini benar-benar manis kok! Coba ajjja dulu," katanya manis.
Dipaksa-paksa mulu, aku manut juga. Penasaran, aku udah siap-siap mo jitak doi dan nyemprot kalo asem.
AMAZING.... AJAIB SODARA-SODARI!
JERUKNYA MANIS! Baru kali ini aku ngerasain sebutir jeruk belang-belang rasanya. Ada manis, ada yang asem.
"Lho, kok manis? Ini benar-benar manis, Sayang."
My Honey tersenyum manis. Menang. "Dibilang juga apa, manis kan?"
"Ho o... Kok bisa manis? Padahal yang lain asem. Kamu apain, dikasih mantera-mantera?
"Dikasih cinta," jawabnya tangkas. Ehm, pas ngomong itu aku ngeliat doi manissss banget. Subhanallah.
Waksss! Cinta bikin jeruk asem jadi manis. Tapi aku heran juga sampai sekarang, kok bisa ya? Hohoho.... Entahlah, apa sebabnya.
Aku yang baru merasakan keajaiban dalam ketakhabisan pikir merasa takjub. Cinta emang hebat euy. Jeruk asem yang menjelma cinta. Jeruk asem yang menjelma dirinya.
Lantas, kamu percayakah? Aku sih percaya, karena aku merasakannya bukan di negeri dongeng. Ah, cinta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ciyeh...maulah makan jeruk rasa cinta..
BalasHapusSalam kenal bang ^___^....salam buat honey-nya..wheheheh
Hehehe....Nanti kalo udah dapet pasangan, cobain ya :-D
BalasHapusSalam kenal, jangan sungkan maen-maen... Salam balik dari My honey ;-)